Akasia Media - Seorang mantan pendukung ISIS, Aleeyah Mujahid, bukan nama sebenarnya, menyambut baik rencana pemerintah untuk memulangkan 600 WNI eks ISIS ke tanah air. “Ini jawaban yang sudah dinanti-nanti dari dua tahun lalu,” kata Aleeyah kepada Tempo, Rabu, 5 Februari 2020.
Aleeyah, 25 tahun, kini menjadi pengungsi di kamp Rojava, Suriah sejak akhir 2017 setelah ISIS digempur habis-habisan. Sejak awal tinggal di kamp pengungsian, Aleeyah mengaku terus memikirkan kapan bisa pulang ke Indonesia. Saat itu, ia mengira harus bersabar selama beberapa bulan lantaran ada satu rombongan yang sudah dijemput pemerintah. “Ternyata periode saya harus nunggu lebih lama,” katanya.
Setelah menghabiskan waktu lebih dari dua tahun di pengungsian, Aleeyah mengaku doanya tak lagi spesifik minta pulang ke tanah air. Tetapi minta keluar dari wilayah pengungsian ke tempat yang lebih baik. “Kalau jawabannya pulang ke Indonesia, alhamdulillah.”
Di Kamp Rojava, kata Aleeyah, ada 13 ibu-ibu dan sekitar 30 anak-anak yang berasal dari Indonesia. Keperluan air dan listrik sehari-hari juga cukup memenuhi kebutuhan. Untuk makanan, setiap penghuni berusaha masing-masing. Ada yang kerja, jualan, maupun menerima kiriman dari keluarga.
Rencana pemulangan 600 WNI eks ISIS sebelumnya disampaikan Menteri Agama Fachrul Razi. Namun ia mengklarifikasi pernyataannya itu dan mengatakan bahwa pemerintah masih mengkaji kemungkinan kepulangan itu. "Rencana pemulangan mereka itu belum diputuskan pemerintah dan masih dikaji secara cermat oleh berbagai instansi terkait di bawah koordinasi Menkopolhukam. Tentu ada banyak hal yang dipertimbangkan, baik dampak positif maupun negatifnya," kata Fachrul.
Fachrul menjelaskan, pembahasan ini masih terus dilakukan. Dia menyebut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memberikan saran terkait pentingnya upaya pembinaan jika WNI eks ISIS dipulangkan.
0 Comments