Advertisement

Responsive Advertisement

Efek Domino Jika Lockdown Diberlakukan Tanpa Kesiapan



Akasiamedia - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menegaskan karantina wilayah atau lockdown merupakan kewenangan pemerintah pusat. Dia tidak ingin ada daerah yang secara sendiri-sendiri menetapkan status lockdown.

Tito menegaskan pemerintah daerah harus melakukan konsultasi dengan gugus tugas percepatan penangana virus corona yang dikepalai oleh Kepal BNPB Doni Monardo, apabila mau melakukan ataupun mempertimbangkan lockdown.

"Pak Presiden telah menyampaikan bahwa untuk karantina kewilayahan, kepala daerah harus konsultasikan dengan pemerintah pusat," kata Tito dalam konferensi pers di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (17/3/2020).

Pasalnya, menurut Tito lockdown harus tetap mempertimbangkan aspek ekonomi. Hal tersebut menurutnya berkaitan langsung dengan masalah moneter dan fiskal yang merupakan urusan pemerintah pusat.

"Kami sampaikan karantina kewilayahan ini, karena menyangkut aspek ekonomi maka selain uu itu, untuk pembatasan wilayah dan pembatasan sosial, dalam jumlah besar itu adalah menjadi kewenangan pusat. Ekonomi juga berkaitan langsung dengan masalah moneter dan fiskal menjadi yang merupakan kewenangan pemerintah pusat," tutur Tito.

Memang untuk melakukan lockdown di Jakarta saja misalnya, dampak ngerinya akan cukup terasa untuk masyarakat. Peneliti ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memprediksi Indonesia bisa terkena krisis ekonomi apabila Jakarta diisolasi.

"Indonesia bisa krisis karena lockdown di Jakarta," tegas Bhima kala dihubungi detikcom, Minggu (15/3/2020).

Pasalnya, sejauh ini 70% pergerakan uang dalam perkonomian nasional berada di Jakarta. Akan sangat beresiko bila aktivitas perekonomian di Jakarta lumpuh karena melakukan lockdown di Jakarta.

"70% uang juga berputar di Jakarta, ada bursa efek, ada bank sentral. Terlalu beresiko kalau kita mengambil langkah lockdown," kata Bhima.

Belum lagi pasokan bahan baku pokok bagi masyarakat Jakarta akan terhambat, utamanya pangan. Sejauh ini, menurut Bhima, Jakarta mengandalkan pasokan pangan dari luar daerah.

"Arus barang yang masuk juga terganggu. Jakarta mengandalkan sebagian besar bahan pangan dari luar daerah," papar Bhima.

Sementara itu Jakarta juga menyumbang 20% angka inflasi nasional. Kalau barang langka di Jakarta dan berujung pada kenaikan harga secara lokal, maka angka inflasi nasional bisa saja terkerek hingga 6%.

"Sementara Jakarta menyumbang 20% total inflasi nasional, kalau barang susah masuk, terjadi kelangkaan pastinya inflasi nasional akan tembus di atas 4-6%. Yang rugi adalah masyarakat sendiri," kata Bhima.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menambahkan, jika terjadi lockdown di Jakarta akan memberikan hantaman keras bagi pekerja sektor informal. Dia menyebut banyak masyarakat kecil penjual makanan ringan yang terancam sepi pembeli.

Selain itu berikut urutan efek domino singkat jika lockdown Corona di lakukan tanpa kesiapan:


  1. Panic Buying terjadi di supermarket dan tidak di pasar tradisional bukti dari hanya masyarakat menengah ke atas yang mampu bertahan saat lockdown.
  2. Investor kabur dan perusahaan terpaksa memilih kredit  perbankan sebagai modal usaha
  3. Karyawan dirumahkan dan tidak ingin keluar untuk belanja karena khawatir tertular.
  4. Pedagang kecil akan kesulitan menjual dan Pemasok merugi karena pasokan yang menumpuk
  5. Produktifitas menurun dan utang yang menumpuk
  6. Pengurangan tenaga kerja/buruh dari pabrikan akibat pasar yang terganggu
  7. Bisnis sulit hingga bangkurt dan mengancam kredit usaha perbankan
  8. Bank terancam kredit macet dan perputaran uang tabungan masyarakat terhambat
  9. Rush money / Penarikan uang berlebihan oleh masyarakat
  10. Resesi

Post a Comment

0 Comments